Ketegangan yang telah berlangsung lama antara Gedung Putih dan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mencapai titik panas baru. Baru-baru ini, Presiden Donald Trump kembali menjadi pusat perhatian publik setelah memposting gambar kartun di media sosial yang menggambarkan dirinya seolah sedang Trump Ancam Pecat Powell, Ketua The Fed. Gambar tersebut, meskipun bersifat satir, mengirimkan gelombang kejutan di kalangan pengamat pasar dan politisi. Hal ini secara eksplisit menggarisbawahi upaya presiden untuk menekan The Fed agar menurunkan suku bunga acuan.

Perseteruan ini bukanlah hal baru. Sejak penunjukan Jerome Powell, yang awalnya merupakan pilihan Trump sendiri pada tahun 2017, presiden berulang kali melontarkan kritik keras dan menggunakan julukan-julukan yang merendahkan, menyebut Powell sebagai “orang bodoh” (numbskull) dan “pecundang besar” (major loser). Inti dari perselisihan ini selalu sama: Trump menginginkan The Fed segera memangkas suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, sementara Powell dan Dewan Gubernur The Fed bersikeras mempertahankan independensi mereka dalam menetapkan kebijakan moneter berdasarkan data inflasi dan lapangan kerja.

 

Konteks Sejarah: Mengapa Trump Ancam Pecat Powell?

 

Kritik presiden terhadap Powell memuncak setelah The Fed menaikkan suku bunga beberapa kali, kemudian mempertahankannya pada kisaran 4.25%–4.50%, sebuah level yang dianggap Trump terlalu tinggi dan menghambat potensi penuh pertumbuhan ekonomi AS. Dalam pandangan Trump, suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya pinjaman triliunan dolar bagi pemerintah federal dan memacu aktivitas ekonomi.

Namun, bagi Powell, tugas utama The Fed adalah mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas harga, yang berarti kebijakan moneter harus bebas dari tekanan politik jangka pendek. The Fed dan banyak ekonom khawatir bahwa pemotongan suku bunga yang terburu-buru, terutama di tengah meningkatnya ketidakpastian global dan potensi kenaikan harga akibat kebijakan tarif perdagangan Trump, justru dapat memicu kenaikan inflasi yang tidak terkendali. Inilah landasan utama mengapa Trump Ancam Pecat Powell berkali-kali.

 

Implikasi Hukum Pemecatan Ketua The Fed

 

Pertanyaan besar yang selalu mengiringi setiap ancaman presiden adalah: Bisakah Trump benar-benar memecat Jerome Powell? Secara hukum, jawabannya adalah rumit dan belum teruji.

Berdasarkan Federal Reserve Act tahun 1913, seorang presiden dapat memberhentikan anggota Dewan Gubernur The Fed “karena sebab” (for cause), yang secara luas diartikan sebagai pembuktian korupsi atau penyalahgunaan jabatan. Berdasarkan putusan Mahkamah Agung pada tahun 1935, kepala lembaga independen tidak dapat diberhentikan tanpa sebab yang jelas.

Beberapa pejabat administrasi Trump dan sekutu politiknya sempat mencoba menggunakan kontroversi seputar renovasi markas The Fed yang biayanya membengkak sebagai “sebab” untuk memecat Powell. Namun, pakar hukum secara umum berpendapat bahwa alasan seperti itu tidak akan lolos uji di pengadilan. Mayoritas percaya bahwa upaya untuk memecat Ketua The Fed tanpa dasar hukum yang kuat akan memicu pertarungan hukum besar dan, yang lebih penting, menimbulkan kekacauan pasar finansial.

 

Reaksi Pasar dan Nilai Independensi Bank Sentral

 

Meskipun ancaman verbal, kunjungan mendadak Trump ke kantor The Fed, dan kartun satir yang menggambarkan Trump Ancam Pecat Powell belum pernah benar-benar terwujud, dampaknya terhadap pasar tetap signifikan. Setiap kali ancaman pemecatan muncul, pasar finansial cenderung bereaksi negatif.

Para investor dan ekonom sangat menghargai independensi The Fed. Independensi ini menjamin bahwa keputusan suku bunga dibuat berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi, bukan untuk kepentingan politik atau pemilu tertentu. Hilangnya independensi The Fed akan merusak kredibilitasnya sebagai pejuang inflasi. Jika pasar mencurigai bahwa The Fed akan menerapkan kebijakan moneter yang longgar karena paksaan politik, mereka akan meminta premi yang lebih tinggi untuk memegang obligasi jangka panjang. Situasi ini, alih-alih menurunkan suku bunga jangka panjang seperti yang diinginkan Trump, justru dapat menyebabkan suku bunga jangka panjang naik drastis.

Sebaliknya, Jerome Powell secara terbuka menegaskan bahwa ia berniat untuk menjabat hingga akhir masa jabatannya. Tindakan Powell, yang secara terbuka menanggapi kritik presiden dengan mempertahankan kebijakan suku bunga saat ini, justru memperkuat citra independensi The Fed di mata publik dan pasar.

 

Kesimpulan: Antara Politik dan Kebijakan Moneter

 

Kartun yang diunggah oleh Presiden Trump adalah representasi visual yang kuat dari perseteruan politik-ekonomi yang mendasar. Sementara presiden terus menggunakan media sosial untuk menekan dan meremehkan, The Fed, di bawah kepemimpinan Powell, terus menegaskan otonomi keputusannya.

Meskipun masa jabatan Powell sebagai Ketua The Fed akan berakhir pada Mei 2026, dan sebagai anggota Dewan Gubernur pada Januari 2028, perdebatan seputar apakah Trump Ancam Pecat Powell dapat memiliki dasar hukum tetap menjadi isu yang sensitif. Untuk saat ini, independensi The Fed tampaknya dilindungi oleh undang-undang dan, yang lebih penting, oleh ketakutan pasar terhadap kekacauan yang akan timbul dari pemecatan yang bermotivasi politik. Kartun tersebut mungkin lucu, tetapi pesan yang disampaikannya tentang campur tangan politik dalam kebijakan moneter adalah hal yang serius.

Baca juga:

Informasi ini dipersembahkan oleh indocair

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *