Gejolak perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memanas, dan kali ini, perusahaan Korea Selatan, Hanwha Ocean, menjadi korbannya. Tiongkok pada hari Selasa mengumumkan telah menjatuhkan sanksi Tiongkok Hanwha Ocean dengan menargetkan lima anak perusahaan pembuat kapal raksasa Korea Selatan tersebut yang berbasis di Amerika Serikat. Keputusan mendadak ini, yang diumumkan oleh Kementerian Perdagangan Tiongkok (MOFCOM), sontak mengguncang pasar saham. Akibatnya, saham Hanwha Ocean anjlok tajam hingga lebih dari 8% di Bursa Seoul, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap meluasnya dampak friksi geopolitik ke sektor industri.
Tindakan Tiongkok ini merupakan respons langsung terhadap penyelidikan “Bagian 301” yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang menargetkan industri maritim, logistik, dan pembuatan kapal Tiongkok. Beijing mengklaim bahwa anak perusahaan Hanwha Ocean di AS telah “membantu dan mendukung” aktivitas investigasi AS, yang dianggap telah merusak kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan Tiongkok.
Anak Perusahaan yang Terkena Sanksi Tiongkok Hanwha Ocean
Sanksi yang dijatuhkan Tiongkok secara spesifik melarang organisasi dan individu mana pun di Tiongkok untuk terlibat dalam segala bentuk transaksi, kerja sama, atau aktivitas terkait dengan lima entitas Hanwha Ocean di AS. Anak perusahaan yang terpengaruh termasuk Hanwha Shipping LLC, Hanwha Philly Shipyard, Hanwha Ocean USA International LLC, Hanwha Shipping Holdings LLC, dan HS USA Holdings Corp.
Penargetan Hanwha Philly Shipyard menjadi sorotan khusus. Galangan kapal yang diakuisisi Hanwha pada tahun 2024 ini merupakan pusat investasi besar senilai $5 miliar yang dijanjikan oleh Hanwha Ocean. Investasi ini merupakan bagian dari upaya Korea Selatan untuk membantu AS menghidupkan kembali industri pembuatan kapal domestiknya yang tertinggal dari Tiongkok. Proyek kerja sama ini, yang dikenal sebagai inisiatif “Making American Shipbuilding Stronger Act” (MARSA), telah menjadi simbol aliansi pembuatan kapal antara AS dan Korea Selatan, dan secara eksplisit dikritik oleh media pemerintah Tiongkok.
Sanksi ini berlaku segera dan didasarkan pada Undang-Undang Anti-Sanksi Asing (Anti-Foreign Sanctions Law) Tiongkok. Langkah tegas ini tidak hanya mengancam potensi bisnis anak perusahaan tersebut di Tiongkok, tetapi juga menimbulkan ketidakpastian besar bagi seluruh operasi global Hanwha Ocean.
Dampak Geopolitik di Sektor Pembuatan Kapal
Sektor pembuatan kapal global telah lama menjadi arena persaingan sengit antara Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang. Saat ini, Tiongkok mendominasi industri ini, terutama dalam pembangunan kapal kargo dan logistik.
Penyelidikan Bagian 301 AS terhadap sektor maritim Tiongkok diluncurkan pada April 2024 dengan tujuan untuk mengurangi dominasi Beijing dan mendukung industri AS. Tiongkok menganggap penyelidikan ini dan langkah-langkah selanjutnya yang dilakukan AS—termasuk rencana pengenaan biaya pelabuhan tambahan—sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan norma dasar hubungan antarnegara.
Dengan menjatuhkan sanksi Tiongkok Hanwha Ocean, Beijing mengirimkan pesan yang jelas bahwa mereka tidak akan ragu menggunakan pembalasan terhadap perusahaan-perusahaan yang dianggap berkolaborasi dengan upaya AS untuk melemahkan keunggulan industri Tiongkok. Pemilihan Hanwha Ocean sebagai sasaran, alih-alih perusahaan AS secara langsung, adalah langkah strategis untuk menekan sekutu-sekutu AS di tengah konflik dagang yang memburuk. Hal ini juga menunjukkan bahwa isu perdagangan maritim telah meningkat menjadi konflik geopolitik yang serius.
Reaksi Pasar dan Implikasi Bagi Industri
Seperti yang terlihat dari reaksi pasar, saham Hanwha Ocean (sebelumnya Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering) langsung terjun bebas, mencapai penurunan signifikan hingga 8% setelah berita sanksi Tiongkok Hanwha Ocean diumumkan. Reaksi pasar ini menunjukkan betapa sensitifnya investor terhadap eskalasi konflik dagang. Perusahaan pembuat kapal Korea Selatan lainnya, seperti HD Hyundai Heavy Industries, yang juga sedang dalam pembicaraan untuk mengakuisisi galangan kapal di AS, turut mengalami tekanan jual.
Meskipun Hanwha Ocean memiliki galangan kapal di Shandong, Tiongkok, yang memproduksi modul komponen kapal, sanksi ini secara spesifik menargetkan entitas AS-nya, namun implikasi jangka panjangnya terhadap seluruh rantai pasokan dan operasional perusahaan masih belum jelas. Hanwha Ocean belum memberikan tanggapan resmi terkait sanksi ini.
Para ahli memperkirakan bahwa jika ketegangan ini berlanjut, industri pembuatan kapal global akan menghadapi tantangan yang lebih besar, dengan potensi gangguan pada rantai pasokan dan peningkatan biaya. Pembuat kapal global kini terjebak di tengah persaingan dominasi maritim antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, di mana kebijakan tit-for-tat Tiongkok telah menciptakan ketidakpastian yang signifikan.
Langkah balasan ini menandai babak baru dalam perang dagang, memperluas perselisihan dari tarif barang ke sektor industri strategis utama, dengan perusahaan Korea Selatan terperangkap di tengahnya sebagai dampak yang tidak terhindarkan.
Baca juga:
- Sengketa Dagang Rare Earth China AS
- Tarif 100% Trump Ancam Teknologi Global
- S&P: Kemerosotan Properti Tiongkok Jauh Lebih Buruk
Informasi ini dipersembahkan oleh paman empire
