HONG KONG – Perusahaan pengemudi otonom Tiongkok, Pony.ai, yang telah lama dielu-elukan sebagai salah satu pemimpin di sektor robotaxi global, mengalami debut pasar saham yang mengecewakan di Bursa Efek Hong Kong (HKEX). Pada hari pertama perdagangannya, harga saham perusahaan anjlok lebih dari 14%, meskipun berhasil mengumpulkan dana segar yang signifikan, sekitar HK$6,71 miliar (sekitar $860 juta). Hasil yang dingin ini mengirimkan sinyal nyata tentang meningkatnya kehati-hatian investor terhadap prospek ekspansi perusahaan teknologi Tiongkok di tengah ketegangan geopolitik dan tantangan komersialisasi teknologi yang mahal.
Debut yang kurang memuaskan ini—yang kebetulan terjadi bersamaan dengan debut rival robotaxi Tiongkok, WeRide, yang juga mengalami penurunan—menjadi reality check bagi sektor mengemudi otonom Tiongkok. Meskipun kedua perusahaan ini memposisikan penawaran mereka sebagai langkah strategis pencatatan ganda untuk mengakses modal Asia dan memitigasi risiko regulasi AS, pasar menunjukkan keraguan yang mendalam. Kepastian tentang profitabilitas jangka panjang dan tantangan regulasi global menjadi faktor utama di balik mengapa Saham Pony.ai Turun 14% secara tiba-tiba.
Mengapa Investor Menjadi Waspada Terhadap Saham Pony.ai Turun 14%?
Pony.ai telah lama menarik perhatian investor besar, termasuk Toyota, berkat kemajuannya dalam teknologi Level 4 (mengemudi otonom penuh di lingkungan tertentu). Namun, penurunan harga saham yang tajam menunjukkan bahwa janji teknologi saja tidak cukup untuk meyakinkan pasar publik.
Ada tiga faktor utama yang berkontribusi pada keraguan investor ini:
1. Tantangan Regulasi dan Geopolitik
Faktor risiko utama yang memicu pelemahan adalah lingkungan regulasi yang semakin terfragmentasi, terutama antara AS dan Tiongkok. Pony.ai (yang sudah tercatat di Nasdaq, AS) memilih dual listing di Hong Kong sebagian besar sebagai strategi mitigasi risiko. Namun, investor melihat langkah ini sebagai cerminan kesulitan yang dihadapi perusahaan Tiongkok untuk berekspansi secara global, terutama ke pasar Barat yang kini menerapkan pengawasan ketat terhadap teknologi kendaraan Tiongkok. Ketidakpastian mengenai akses pasar di luar Asia menekan potensi valuasi jangka panjang.
2. Jalur Menuju Profitabilitas yang Masih Jauh
Sektor robotaxi dikenal sebagai industri yang sangat padat modal. Perusahaan-perusahaan seperti Pony.ai memerlukan investasi besar-besaran yang berkelanjutan untuk Research and Development (R&D), armada, infrastruktur pemetaan, dan data center. Laporan keuangan menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan ini masih merugi besar. Meskipun Pony.ai menargetkan untuk mencapai profitabilitas pada tahun 2028 atau 2029, periode penantian yang panjang ini membuat investor rentan terhadap penjualan cepat (profit booking) untuk mengambil untung dalam waktu singkat. Angka Saham Pony.ai Turun 14% mencerminkan keengganan investor untuk mendanai potensi kerugian operasional selama bertahun-tahun ke depan.
3. Persaingan Lokal yang Brutal
Di Tiongkok, Pony.ai menghadapi persaingan yang sangat ketat dari pemain domestik lain, terutama Baidu melalui layanan Apollo Go, dan juga dari perusahaan-perusahaan mobil listrik Tiongkok yang mengembangkan perangkat lunak mereka sendiri, seperti Xpeng dan Huawei. Pasar Tiongkok sangat menuntut dalam hal fitur konektivitas dan kecerdasan, dan tekanan untuk terus berinovasi sambil memangkas biaya per unit sangatlah tinggi. Persaingan yang intens ini menimbulkan pertanyaan tentang pangsa pasar dan kemampuan harga (pricing power) Pony.ai di masa depan.
Dana Segar untuk Skala Komersialisasi
Meskipun debutnya mengecewakan, IPO ini tetap berhasil mengumpulkan dana yang sangat dibutuhkan. Pony.ai berencana menggunakan hasil listing ini untuk mempercepat upaya komersialisasi sistem mengemudi otonom Level 4, baik untuk layanan robotaxi maupun layanan truk otonom (robotruck).
Dana tersebut akan dialokasikan untuk:
- Pengembangan Robotaxi: Menggelar layanan robotaxi skala besar di lebih banyak kota di Asia, Timur Tengah, dan Eropa.
- R&D Lanjutan: Memperkuat kemampuan AI dan teknologi self-driving generasi berikutnya.
CEO Pony.ai, James Peng, tetap fokus pada pengembangan infrastruktur parkir dan pengisian daya otonom. Ini menunjukkan bahwa perusahaan bertekad untuk menjadi pemain full-stack yang mengendalikan bukan hanya perangkat lunak, tetapi juga infrastruktur pendukung yang dibutuhkan untuk mengkomersialkan layanan robotaxi sepenuhnya.
Masa Depan Sektor Robotaxi Tiongkok
Debut ganda Pony.ai dan WeRide di Hong Kong, meskipun mengecewakan dari sisi harga saham, tetap menandakan titik balik penting: sektor robotaxi Tiongkok beralih dari fase yang didominasi oleh modal ventura ke penggalangan dana publik. Ini adalah sinyal bahwa perusahaan-perusahaan ini yakin mereka sudah mendekati skala komersial.
Namun, reaksi pasar yang lesu menunjukkan bahwa investor ritel dan institusi publik memiliki ambang batas toleransi risiko yang jauh lebih rendah daripada investor modal ventura. Mereka menuntut bukti nyata tentang keamanan, regulasi yang jelas, dan jalur yang konkret menuju profit.
Kejatuhan 14% harga saham Pony.ai pada debutnya adalah pengingat keras bahwa di pasar modal, janji inovasi harus diimbangi dengan fundamental bisnis yang kuat. Keberhasilan Pony.ai di masa depan akan bergantung pada seberapa cepat mereka dapat mengubah teknologi canggih mereka menjadi bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
Baca juga:
- Valuasi Saham AI Asia Turun: SoftBank Kehilangan $32 Miliar dalam Sehari
- Manufaktur China Melambat Oktober: Melemahnya Kekuatan Industri Global
- Iklan Online Dorong Pertumbuhan Big Tech: Mesin Uang di Balik Gemuruh AI
Informasi ini dipersembahkan oleh paman empire
