Saham Asia Turun Akibat Ketidakpastian Tarif

Saham Asia Turun Akibat Ketidakpastian Tarif

Saham Asia melemah pada hari Jumat. Kekhawatiran terhadap tarif perdagangan AS kembali meningkat setelah pengadilan banding membatalkan keputusan yang sempat memblokirnya. Wall Street juga turun semalam setelah putusan ini, yang menegaskan kembali agenda tarif Presiden AS Donald Trump, termasuk tenggat waktu 90 hari.

Trump sempat mengkritik keras putusan pengadilan awal yang memblokir tarifnya. Ia yakin Mahkamah Agung akan mengizinkan tarif tersebut. Ia juga menyebutkan kemungkinan penggunaan mekanisme lain untuk memberlakukan tarif, sebagian besar mulai berlaku awal Juli.

Futures S&P 500 turun 0,3% dalam perdagangan Asia. Kini, pasar fokus pada data Indeks Harga PCE—indikator inflasi pilihan The Fed—yang akan rilis hari ini.

Saham China Anjlok karena Perundingan Dagang dengan AS Mandek

Pasar saham China memimpin penurunan. Ini terjadi setelah Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan perundingan dagang dengan Beijing telah “mandek” dalam beberapa minggu terakhir. Ini mengurangi harapan deeskalasi tarif yang lebih permanen.

Indeks CSI 300 dan Shanghai Composite di China masing-masing turun antara 0,5% hingga 0,7%. Sementara itu, Hang Seng Hong Kong melemah 1,5%.

Penurunan tajam di pasar China menyusul pernyataan Bessent bahwa pembicaraan dagang “mandek”, meski ia yakin negosiasi akan kembali berjalan. Namun, komentar Bessent meningkatkan kekhawatiran bahwa Washington dan Beijing tidak akan mencapai kesepakatan dagang yang lebih permanen. Hubungan kedua negara memanas dalam seminggu terakhir. China mengecam kontrol AS terhadap industrinya, terutama semikonduktor. Washington memperketat pembatasan ekspor ke Beijing.

Kedua negara sebenarnya sepakat awal Mei untuk menurunkan ketegangan tarif selama 90 hari. Namun, tarif AS terhadap China tetap tinggi, membuat barang impor dari China mahal.

Saham Jepang Melemah Seiring Kenaikan Inflasi

Indeks Nikkei 225 dan TOPIX di Jepang masing-masing turun 1,3% dan 0,7%. Ini setelah data inflasi konsumen di Tokyo untuk bulan Mei menunjukkan angka lebih tinggi dari perkiraan.

Angka inflasi Tokyo biasanya menjadi indikator awal inflasi nasional. Data hari Jumat ini bisa menjadi alasan tambahan bagi Bank of Japan untuk menaikkan suku bunga. Analis kini memperkirakan kemungkinan kenaikan 25 basis poin pada bulan Juli.

Data lain juga menunjukkan ketahanan ekonomi Jepang. Produksi industri menyusut lebih rendah dari perkiraan di bulan April. Penjualan ritel naik melebihi ekspektasi. Yen menguat setelah rilis data tersebut, menekan saham-saham Jepang.

Pasar Asia Lainnya Ikut Terseret Isu Tarif dan Saham Teknologi

Pasar Asia lainnya juga melemah Jumat ini. Ketidakpastian hukum seputar tarif Trump meningkatkan kekhawatiran dampak ekonomi yang mungkin timbul.

  • Saham teknologi ikut merosot. Optimisme awal terhadap kinerja kuartalan NVIDIA (NASDAQ: NVDA) mulai memudar.
  • Indeks KOSPI Korea Selatan turun 0,5%. Ini karena saham chip dan teknologi lokal berbalik arah dari kenaikan sebelumnya. Indeks Straits Times Singapura juga turun 0,3%.
  • Indeks ASX 200 Australia stagnan. Data penjualan ritel yang lebih lemah dari perkiraan memicu spekulasi pemangkasan suku bunga lanjutan oleh bank sentral RBA.
  • Sementara itu, kontrak berjangka Gift Nifty 50 untuk indeks Nifty 50 India naik 0,1%. Ini mengisyaratkan pembukaan yang lebih kuat setelah sebelumnya indeks sempat berada di bawah level 25.000 poin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *