Krisis Politik Prancis: Skenario Selanjutnya Setelah Pemerintahan Kolaps

Krisis politik Prancis

Prancis, negara dengan perekonomian terbesar kedua di Eropa, kembali terjerumus ke dalam ketidakpastian politik yang parah. Pengunduran diri Perdana Menteri Sébastien Lecornu hanya beberapa jam setelah pengumuman kabinet, menyusul pendahulunya yang digulingkan oleh mosi tidak percaya, telah memperdalam krisis politik Prancis yang sudah berlangsung lama. Gejolak ini bukan sekadar pergantian personel di pemerintahan; ini mencerminkan parlemen yang terfragmentasi, kebuntuan fiskal yang serius, dan meningkatnya ketidakpuasan publik. Situasi ini memaksa Presiden Emmanuel Macron berada di bawah tekanan besar, dan memunculkan pertanyaan besar: Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Akar permasalahan ini adalah ketidakmampuan koalisi sentris Macron untuk meraih mayoritas solid di Majelis Nasional (parlemen). Tanpa mayoritas, setiap upaya reformasi atau pengesahan anggaran, terutama rencana penghematan anggaran yang krusial untuk mengatasi defisit utang publik, menjadi pertaruhan politik yang berisiko tinggi. Kegagalan tiga Perdana Menteri—Élisabeth Borne, François Bayrou, dan Michel Barnier, dan kini Lecornu—untuk mendapatkan dukungan parlemen dalam waktu singkat adalah bukti nyata dari kesulitan ini. Utang Prancis saat ini telah mencapai lebih dari 113% dari Produk Domestik Bruto (PDB), dan defisit anggarannya hampir dua kali lipat dari batas Uni Eropa, membuat kebutuhan akan stabilitas fiskal mendesak.

 

Skenario I: Penunjukan Perdana Menteri Baru yang Mampu Membangun Konsensus

 

Langkah paling segera yang akan dilakukan Presiden Macron adalah menunjuk Perdana Menteri baru. Namun, setelah tiga kali kegagalan, pemilihan sosok kali ini akan jauh lebih hati-hati. Calon Perdana Menteri haruslah seseorang yang memiliki keterampilan negosiasi luar biasa dan kredibilitas lintas partai untuk memecah kebuntuan.

Tujuannya adalah membentuk pemerintahan yang dapat membangun konsensus, setidaknya untuk meloloskan Rancangan Anggaran 2026. Sosok ini kemungkinan besar akan berasal dari sayap kanan moderat atau figur teknokrat yang dihormati, yang dianggap kurang berbau politik dan lebih fokus pada manajemen negara. Namun, skenario ini adalah solusi jangka pendek. Parlemen yang terpecah tetap menjadi tantangan, dan setiap kebijakan reformasi yang signifikan akan tetap rentan terhadap mosi tidak percaya. Stabilitas jangka panjang pemerintahan pasca krisis politik Prancis hanya dapat dicapai melalui kompromi politik yang mendalam antara partai-partai.

 

Dampak Krisis Politik Prancis pada Ekonomi dan Pasar

 

Ketidakpastian politik di Prancis berdampak langsung dan negatif pada pasar keuangan. Indeks saham acuan Paris, CAC 40, telah mengalami penurunan tajam setiap kali gejolak politik memuncak, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap risiko resesi dan stabilitas fiskal negara. Investor mulai memperlakukan obligasi pemerintah Prancis dengan premi risiko yang lebih tinggi. Yield obligasi 10 tahun Prancis sempat melonjak, menandakan bahwa investor semakin cemas bahwa negara tersebut mungkin tidak dapat mengendalikan defisit anggaran dan beban utangnya.

Para pemimpin bisnis telah memperingatkan bahwa ketidakpastian yang berkepanjangan dapat menekan investasi dan belanja konsumen. Prancis berisiko mengakhiri tahun tanpa anggaran yang disetujui untuk tahun 2026, meskipun konstitusi menyediakan mekanisme khusus untuk menghindari penutupan pemerintahan. Jika Fitch, atau lembaga pemeringkat kredit lainnya, menurunkan peringkat utang Prancis, biaya pinjaman negara akan semakin mahal. Hal ini akan semakin memperburuk beban utang dan membuat upaya reformasi anggaran menjadi lebih sulit.

 

Skenario II: Pembubaran Parlemen dan Pemilu Dini

 

Opsi paling dramatis di tangan Macron untuk mengakhiri krisis politik Prancis ini adalah membubarkan parlemen dan mengadakan pemilihan umum legislatif dini. Ini adalah pertaruhan besar. Di satu sisi, pemilu dini dapat memberikan koalisi Macron kesempatan untuk mendapatkan kembali mayoritas absolut. Di sisi lain, hal itu juga dapat memperkuat posisi oposisi, terutama partai-partai sayap kiri (seperti NUPES) atau sayap kanan (seperti Rassemblement National), yang berpotensi menyebabkan koalisi yang sama-sama terfragmentasi—atau yang lebih buruk, koeksistensi (cohabitation) di mana Presiden dan Perdana Menteri berasal dari kubu politik yang berbeda dan saling bertentangan.

Partai-partai oposisi telah berulang kali menyerukan pemilu dini, yakin bahwa kemarahan publik atas utang dan kesulitan ekonomi akan menguntungkan mereka. Jika pemilu dini diadakan dan menghasilkan kemenangan oposisi, Macron akan dipaksa untuk menunjuk Perdana Menteri dari partai saingan. Situasi koeksistensi semacam ini dapat melumpuhkan sementa waktu agenda reformasi Macron hingga akhir masa jabatannya pada tahun 2027.

 

Implikasi bagi Eropa dan Posisi Global Prancis

 

Instabilitas di Paris tidak hanya bergaung di dalam negeri, tetapi juga di seluruh Uni Eropa. Prancis, bersama Jerman, adalah mesin ekonomi dan politik utama di Eropa. Gejolak yang berkelanjutan di Prancis melemahkan kemampuan Uni Eropa untuk mengambil keputusan penting, terutama dalam menghadapi konflik geopolitik dan tantangan ekonomi regional.

Di mata mitra-mitra Eropa, krisis politik Prancis mengurangi keandalan Macron sebagai pemimpin benua. Dalam konteks internasional, ketika tantangan global (seperti perang di Ukraina, persaingan dengan Tiongkok, dan ketegangan perdagangan) meningkat, Prancis yang lemah secara internal akan kehilangan pengaruhnya di panggung dunia. Oleh karena itu, taruhan saat ini tidak hanya melibatkan masa depan politik internal Prancis, tetapi juga peran pentingnya dalam menentukan arah kebijakan Eropa dan stabilitas global.

Keputusan Macron selanjutnya akan menjadi penentu. Baik ia memilih untuk menunjuk PM yang inklusif atau mengambil risiko dengan pemilu dini, jalan ke depan bagi Prancis akan tetap bergejolak dan penuh dengan ketidakpastian.

Baca juga:

Informasi ini dipersembahkan oleh Paus Empire

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *