Trump di KTT ASEAN: Kesepakatan Gencatan Senjata Thailand-Kamboja Bersejarah

Kesepakatan Gencatan Senjata

Presiden Amerika Serikat Donald Trump hadir dan memimpin Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Kuala Lumpur, Malaysia, pada hari Minggu. Sorotan utama kehadirannya bukanlah hanya diskusi ekonomi atau strategi Indo-Pasifik, tetapi peran besarnya dalam mediasi penandatanganan Kesepakatan Gencatan Senjata yang diperluas antara Thailand dan Kamboja. Perjanjian ini secara resmi mengakhiri konflik perbatasan berdarah yang pecah pada bulan Juli, yang menewaskan puluhan orang dan memaksa ratusan ribu penduduk mengungsi.

Momen penandatanganan ini, yang disaksikan langsung oleh Trump, dielu-elukan sebagai “Kesepakatan Damai Kuala Lumpur” dan disinyalir sebagai salah satu pencapaian diplomatik terpenting di kawasan Asia Tenggara dalam beberapa dekade terakhir. Kehadiran pemimpin AS dalam seremoni diplomatik di kawasan ini menggarisbawahi upaya Washington untuk menyeimbangkan keterlibatan ekonomi dan keamanan di tengah persaingan global yang semakin ketat.

 

Peran Diplomatik Donald Trump dalam Kesepakatan Gencatan Senjata

 

Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja di sepanjang perbatasan sepanjang 800 kilometer telah berlangsung selama puluhan tahun, namun pertempuran selama lima hari pada Juli 2025 merupakan salah satu yang terburuk dalam sejarah modern kedua negara. Situasi yang tidak menentu ini mendorong intervensi internasional, di mana Presiden Trump menggunakan pengaruh ekonominya secara tegas.

Sebuah sumber White House mengonfirmasi bahwa intervensi awal Trump pada bulan Juli melibatkan ancaman penerapan tarif yang lebih tinggi terhadap kedua negara jika mereka tidak segera menghentikan permusuhan. Kartu “tarif” ini diyakini menjadi faktor penentu yang mendesak Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul untuk duduk di meja perundingan.

Dalam upacara penandatanganan di sela-sela KTT ASEAN, Trump memuji perjanjian tersebut sebagai “hari bersejarah” dan menegaskan, “Ini sangat menarik karena kami melakukan sesuatu yang banyak orang katakan tidak mungkin dilakukan.” Dengan secara pribadi mengawasi penandatanganan, Trump memposisikan dirinya sebagai perunding perdamaian global di panggung Asia, sebuah citra yang penting di tengah ketegangan perdagangan dan isu government shutdown di dalam negeri AS. Perjanjian yang ditandatangani, meskipun secara resmi disebut “deklarasi bersama,” merupakan perluasan signifikan dari gencatan senjata yang rapuh yang disepakati tiga bulan sebelumnya.

 

Poin-Poin Utama Kesepakatan Gencatan Senjata yang Diperluas

 

“Deklarasi Bersama” atau Kesepakatan Gencatan Senjata yang diformalisasi oleh Thailand dan Kamboja mencakup beberapa komitmen inti yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian yang permanen dan berkelanjutan di perbatasan yang disengketakan.

Inti dari kesepakatan tersebut meliputi:

  • Pencabutan Senjata Berat: Kedua belah pihak setuju untuk menarik artileri dan senjata berat dari wilayah perbatasan yang dipersengketakan, mengembalikannya ke instalasi militer reguler. Langkah ini akan diawasi secara ketat.
  • Pembentukan Tim Pengamat ASEAN (AOT): Perjanjian ini menyerukan penempatan tim pengamat dari negara-negara anggota ASEAN (termasuk Malaysia sebagai Ketua), untuk memantau dan memverifikasi implementasi penuh gencatan senjata. Kehadiran pihak ketiga diharapkan dapat mencegah pelanggaran gencatan senjata di masa depan.
  • Pembebasan Tahanan Perang: Sebagai bagian dari langkah membangun kepercayaan, Thailand setuju untuk segera membebaskan 18 tentara Kamboja yang ditahan selama konflik.
  • Kerja Sama Perbatasan Jangka Panjang: Kedua negara berkomitmen untuk kembali ke mekanisme bilateral yang sudah ada, seperti Komisi Perbatasan Bersama (JBC), untuk menyelesaikan sengketa perbatasan dan demarkasi secara damai berdasarkan hukum internasional.

 

Keterlibatan AS: Lebih dari Sekadar Kesepakatan Gencatan Senjata

 

Kehadiran Donald Trump di KTT ASEAN Kuala Lumpur tidak hanya berfokus pada perdamaian regional. Dalam kesempatan yang sama, Presiden AS itu turut menandatangani serangkaian kesepakatan ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara di kawasan tersebut.

Beberapa perjanjian ekonomi penting yang disepakati meliputi:

  1. Kesepakatan Mineral Penting dengan Thailand dan Malaysia: AS menandatangani perjanjian penting dengan Thailand mengenai mineral penting (critical minerals). Ini adalah bagian dari upaya Washington untuk mengamankan rantai pasokan dan mengurangi ketergantungan pada Tiongkok untuk komponen utama dalam manufaktur teknologi.
  2. Perjanjian Perdagangan Timbal Balik dengan Kamboja: Trump juga menyelesaikan perjanjian perdagangan timbal balik dengan Kamboja, serta mengisyaratkan kesepakatan serupa dengan Malaysia.

Kombinasi antara tekanan diplomatik untuk mencapai Kesepakatan Gencatan Senjata dan penawaran perjanjian perdagangan yang strategis menunjukkan pendekatan AS yang terpadu di Asia Tenggara: mempromosikan stabilitas regional sambil memperkuat kemitraan ekonomi yang strategis. Lawatan ini juga merupakan sinyal kuat kepada komunitas internasional bahwa AS—terlepas dari fokus domestiknya—tetap berkomitmen pada peran aktif di kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, sekaligus memanfaatkan setiap peluang untuk memajukan reputasi Trump sebagai dealmaker global.

Baca juga:

Informasi ini dipersembahkan oleh macan empire

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *